Minggu, 28 Desember 2014

SEJARAH IDEOLOGI KOMUNISME
Oleh : Miftah awaludin Najib

adalah sebuah ideology yang digagas atau hasil pemikiran karl marx adanya salah satu hasil karyanya yang  paling monutemental adalah “ manifesto of the comunis party” dimana konsep pemikiran politik karl marx ialah tentang “Materialisme historist”,menurut marx  umat mansia selalu diwarnai faktor- faktor kebendaan, awal sejarah manusia di mulai dengan adanya pemilikan pribadi ( private ownership) yang kemudian menimbulkan pertarungan memperebutkan materi  atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi faktor  konstitutif  proses sosial politik historis kemanusiaan.Marx  menyangkal argument Hegel maupun max weber yang melihat faktor non bendawi (spirit) dan gagasan (idea) berpengaruh  menentukan sejarah, inilah faham materialism sejarah marx
Memahami pemikiran  materialism sejarah  marx  atau historical materialism  tidak bisa dilepaskan dari pemikiran dialektika, konsep ini menpati posisi sentral dalam tradisi pemikiran marxis. Dalam merumuskan gagasannya tentang dialektika marx memperoleh inspirasi dari gurunya hegel, maka tidak berleihan jika tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa substans dialektika marx  taklain merupakan penjungkirbalikaan dari dialektika  Hegel. Ini bisa di mengerti karena Marx, seperti diakhirnya sendiri, sangat terpengaruhi dengan filosof jerman itu. Bahkan di masa mudanya dengan bangga Marx mengakui dirinya sendirian Hegelian.
Berdasarkan gagasan di atas, Marx dan Engles seperti di tulis Lauer merumuskan beberapa premis teoritis yang merupakan inti dari pemikiran materialism sejarah. Premis itu adalah : pertama sebab-sebab terjadinya perubahan dan proses sejarah terus dilacak dalam bentuk-bentuk dan cara produksi ekonomi masyarakat dan bukan dalam gagasan atau filsafat. Bukakanlah cara berfikir manusia yang menentukan perubahan sosial sejarah, melainkan bagaimana hubungan-hubungan produksi materialnya. Marx mengatakan “Social existence determines social consciousness” (keberadaan sosial seorang menentukan kesadaran sosialnya), kedua setiap masyarakat selalu di cirikan oleh adanya infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur menentukan suprastruktur. Bukan sebaliknya. Ketiga perubahan disebabkan oleh adanya antagonism, kontradiksi kelas sosial atau proses dialektis antara kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi.
Masyarakat kapitalis melahirkan kondisi-kondisi yang material pada akhirnya menghancurkan masyarakat tersebut karena dalam masyarakat kapitalis menurut Marx selalu kontradiksi internal (Internal Contradiction). Yaitu pertarungan antara atau konflik tak pernah henti antara kekuatan-kekuatan sosial yang terdapat dalam masyarakat kapitalis itu sendiri. Perkembangan dialektis dengan demikian berarti bahwa kontradiksi dalam masyarakat kapitalis tidak berasal dari kekuatan diluar masyarakat itu melainkan di dalam tubuhnya sendiri semua ini di simpulkan oleh Lauer. Kelima kontadiksi antara kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi termanifestasi dalam bentuk konflik kelas. Konflik kelas ini berlangsung dalam semua sejarah manusia. Marx mengatakan bahwa sejarah seluruh masyarakat yang ada (sejak dahulu sampai sekarang) tidak lain adalah sejarah perjuangan kelas dalam masyarakat kapitalis, kelas yang selalu berseteru itu adalah kelas borjuis – kapitalis dan kelas proletariat. Kelas borjuis kapitalis dicirikan oleh kekuasaan yang dominan terhadap Negara, alat dan cara produksi serta kapital sedangkan kelas proletariat tidak memiliki apa-apa kecuali tenaga kerja.
1.                      Negara Sebagai Alat Penindasan
Marx berpendapat bahwa hubungan antara kelas proletar dan borjuis kapitalis sangat bersifat exploitatif dan antagonistik. Kelas ploretariat selalu dalam kondisi diejuis eksploitasi kelas borjuis kapitalis, keadaan  ini melahirkan kondisi dimana kelas proletar merasa teralienasi (alienated) dari lingkungan sosialnya sendiri. Tidak  ada formula ntuk menentang terjadinya perubahan  struktural dalam mayarakat kapitalis kecuali kaum proletar berevolusi menentng kaum borjuasi. Perubahan sosial haru dilakukan dengan cara kekerasan, kelas proletar harus merebut hegemoni kaum kapitalis atas alat-alat produksi, Negara dan kapitalisme.
Ada beberapa alasan mengapa Marx begitu skeptis terhadap Negara atara lain:
·                        Eksploitasi Negara terhadap kelas proletar yang dilakukan oleh kaum borjuasi kapitalis.
·                        Negara dijadikan alat atau instrument penindasan trhadap kaum proletar.
·                        Negara semata mata digunakan hanya untuk memertahankan Status Quo
·                        Negara dijadikan alat untuk melakukan hegemoni ekonomi
·                        Kaum proletar tidak memilikia akses sedikitpun terhadap Negara
Negara demikian dalam pandangan Marx diibaratkan sebagai monster jahatatau menurut istilah  Hobbes disebut leviathan sejenis makhluk ganas pemakan makhluk hidup lainnya.
Mungkin kita perlu memahami pemikiran Negara Marx dengan melihat konteks sosial historis ketika Marx hidup. Marx adalah manusia eropa abad 18 yang peradaban indusrialisasinya cenderung menunjukkan keberpihakkan terhadap kaum minoritas kaum borjuasi kapitalis dan menyengsarakan kaum mayoritas yakni kaum proletar. Inilah mungkin mengapa marx melihat Negara sebagai alat kaum borjuasi semata.
Persoalan marx terhadap eksistensi Negara karena ia juga merasa lembaga itu tidak ada gunanya bila cita- cita kelas proletar atau masyarakt tanpa kelas tercapai, marx  berfikir apakah aparat kepolisian atau Negara yang koersif  tetap diperlukan bila alam mayarakat tidak lagi terdapat antagonism kelas. Tidak terjadi pertarngan memperebutkan pekerjaan, alat- alat produksi , kejahatan sosial karena semua anggota masyarakat telah meraskan kehidupan sejahtera sama rata dan sama rasa, karena itu yang menjadi prioritas pertama perjuangan kelas proletar  buanlah menciptakkan Negara melainkan menciptakkan masyarakat tanpa kelas, dengan  masyarakat tanpa kelas Negara dengan sendirinya akan lenyap tanpa dihancurkan. Inilah poses sejarah yang disebut Marx  proses “ lenyapnya Negara”
2.                      Agama Candu Rakyat an Alat Penindasan
“ Religion is the  opium  of the people” (agama adalah candu untuk rakyat) ini merupakan kata-kata Marx ketika ia mengemukakan pandangan tentang agama. Agama menina bobokkan dan meracuni rakyat, itu sebabnya lenin seorang Marxist tulen menghendaki penghancuran semua lembga-lembaga dan doktrin keagamaan ketika ia berkuasa di negaranya. Ada juga yang berpendapat bahw stilah “candu”  hanya ditujukkan pada satu sekte atau agama tertentu (baca: protestan) jadi tidak semua agama menjadi candu bagi rakyat. Kaum maxist yang lain menilai agama lebih bersifat netral.
Disisi lain Marx menganggap agama muncul karena adanya perbedaan kelas- kelas sosial, atau dengan kata lain agama adalah produk dari perbedaan kelas itu. Jadi selama perbedaan kelas itu masih ada maka selama itu pula agama akan tetap  ada. Agama perlu dilenyapkan karena agama merupakan alat bagi kaum borjuasi atau kapitalis (kelas penindas) untuk mengeksploitasi kelas pekerja atau proletar. Marx berpendapat bahwa Negara menguakkan agama demi kepentingan mempertahankan kekuasaan atas kondisi opressif kelas proletar. Agama digunakan oleh Negara agar rakyat tidak terlena dan tidak berontak dan selalu patuh kepada penguasa Negara. Itulah fungsi ekploitatif agama. Marx menunjukkan fakta-fakta sejarah yang membenarkan pandangannya itu, ketika agama (Kristen) berkuasa di abad-abad pertengahan, prinsip-prinsip soal Kristen dijadikan alat pembenaran perbudakan, agama mensucikan perbudakan itu dan mempertahankan keberlangsungan penindasan terhadap kelas proletariat. Bagi Marx dengan demikian agama merupakan nilai-nilai yang membelenggu manusia dan mustahil memiliki semangat pembebasan terhadap manusia.



1 komentar: