Rabu, 24 Desember 2014

PRAKTIK PERVASALAN FEODAL MEMPENGARUHI PEREKONOMIAN BARAT




PRAKTIK PERVASALAN FEODAL MEMPENGARUHI PEREKONOMIAN BARAT
Oleh : Maulida Fatihah Kamarullah

Feodalisme pada umumnya dikenal sebagai sistem sosial khas Abad Pertengahan (di Eropa maupun di belahan dunia lain) sebagai pembeda perode tersebut dari modernitas. Istilah tersebut dimunculkan di Perancis pada abad ke-16.
Istilah “feudal” (dalam konteks Eropa) berasal dari kata Latin “feudum” yang sama artinya dengan fief, ialah sebidang tanah yang diberikan untuk sementara kepada seorang vassal (penguasa bawahan atau pemimpin militer) sebagai imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada penguasa (lord) sebagai pemilik tanah tersebut.Dalam hal ini  foedalisme berarti penguasaan hal –hal yang berkaitan dengan masalah kepemilikan tanah ,khususnya yang terjadi di Eropa Abad Pertengahan.
            Di Eropa Feodalisme bukan suatu sistem terencana yang berasal secara logis dari prinsip-prinsip umum, tetapi lebih merupakan respons seadanya terhadap tantangan yang diajukan oleh otoritas pusat yang tidak efektif. Sistem feodalisme ini tidak sama dengan daerah-daerah satu dan lainnya, masing-masing daerah memiliki sistem feodalisme yang berbeda. Sebenarnya sistem feodalisme adalah susunan politik yang dominan hingga raja-raja menegaskan kembali otoritas mereka pada abad pertengahan.

Ada setidaknya empat komponen utama yang membentuk sistem feodal yaitu :
1.      Lord adalah pemilik tanah, biasanya seorang bangsawan dari keluarga raja atau kalangan agamawan (uskup, biarawan)
2.      Vassal atau Knights adalah adalah kaum bangsawan yang memberikan jasa (umumnya dalam bentuk dukungan militer) kepada Lord dengan imbalan berupa tanah yang disewakan
3.      Fief adalah tanah yang disewakan berupa lahan-lahan pertanian
4.      Serf atau penggarap tanah ialah petani yang mengerjakan lahan pertanian dengan status setengah budak.[1]

            Sistem feodalisme telah mengundang praktik pervasalan, dalam praktik ini seorang ksatria, dengan upacara yang khidmat, bersumpah setia pada seorang bangsawan. Praktik ini berasal dari Jerman kuno. Ketika sumpah diambil, sang vasal memberikan layanan militer kepada tuannya dan sebagai upah ia menerima suatu Fief (biasanya berupa tanah), dari Fief sang vasal dapat menerima harta penyokong dari petani yang mengurusi Fiefnya. Dari praktik ini tak hanya mengutungkan sang vasal tapi tuannya juga mendapat keuntungan, sang vasal telah siap menyediakan para ksatria dan perlindungan pada tuannya. Pada umumnya, baik tuan maupun vasal merasakan vasal merupakan ikatan kehormatan untuk mematuhi sumpah kesetiaan. Sudah merupakan kebiasaan yang diterima kalau seorang vasal menarik kesetiaan kepada tuannya jika pihak tuan gagal melindunginya dari musuh-musuhnya, memperlakukannya dengan buruk, atau menambah kewajiban-kewajiban vasak diluar apa yang sudah ditetapkan dengan perjanjian feodal. Kejadian ini juga dapat berbalik terhadap sang vasal yang dapat diadili di pengadilan bahkan dapat kehilangan nyawanya karena terbukti bersalah. Bahkan hal ini dapat menjadi titik awal peperangan. Karena vasal dapat begitu saja memutuskan perjanjian dengan alasan dia sudah menjadi tuan bagi sejumlah vasal.[2]
            Praktik pervasalan ini mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat Eropa masa abas pertengahan. Secara umum, perekonomian di kawasan Eropa bagian dalam semakin memburuk ketika lau Mediterania dikuasai oleh kaum muslim. akibatnya total perekonomian kerajaan-kerajaan Eropa dalam bergantung pada tanah. Perdagangan yang berpusat di selatan segera berpindah ke utara. Selanjutnya paruh kedua abad ke-9 M. Penyerbuan orang norman menyebabkan hancurnya perdagangan di utara, terdapat bukti-bukti kemunduran ekonomi pada saat itu, yaitu :
1.      Lenyapnya peredaran mata uang emas pada zaman Karoling
2.      Larangan pemberian bunga dalam setiap pinjaman
3.      Menurunnya kegiatan para saudagar secara dratis
4.      Terhentinya peredaran komoditas dari timur seperti rempah-rempah dan sutera
5.      Peredaran mata uang dikurangi hingga paling minimum
6.      Merajalelanya tingkat penderita buta huruf
7.      Kedudukan kota merosot tajam dan digantikan kubu-kubu[3]

Tetapi memasuki abad ke-11 perdagangan Eropa kembali hidup. Pertanian agraris bersifat subsisten yang semula menjadi basis perekonomian, berkembang menjadi pertanian bercorak ekonomi pasar. Menjelang perang salib, kehidupan ekonomi di Eropa semakin membaik


[1] Laela Experia History, “PERADABAN DAN MASYARAKAT FOEDAL EROPA ABAD PERTENGAHAN” Dikutip pada 17 Januari 2014

[2] Marvin Perry, Peradaban Barat dari Zaman Kuno sampai Zaman Pencerahan,  (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm. 213.
[3] Desvian Bandarsyah, Laely Armiyati. Sejarah Eropa 1 dari klasik hingga Industralisasi, (Jakarta: Mitra Abadi, 2014), hlm. 31.

1 komentar:

  1. oke, terimakasih..tulisan selanjutnya, deskripsikan dengan gayamu saja ya.

    BalasHapus