PRAKTIK PERVASALAN FEODAL MEMPENGARUHI PEREKONOMIAN BARAT
Oleh : Maulida Fatihah Kamarullah
Feodalisme pada umumnya dikenal sebagai sistem sosial khas Abad Pertengahan
(di Eropa maupun di belahan dunia lain) sebagai pembeda perode tersebut dari
modernitas. Istilah tersebut dimunculkan di Perancis pada abad ke-16.
Istilah “feudal” (dalam konteks Eropa) berasal dari kata Latin “feudum”
yang sama artinya dengan fief, ialah sebidang tanah yang diberikan untuk
sementara kepada seorang vassal (penguasa bawahan atau pemimpin militer)
sebagai imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada penguasa (lord) sebagai
pemilik tanah tersebut.Dalam hal ini
foedalisme berarti penguasaan hal –hal yang berkaitan dengan masalah
kepemilikan tanah ,khususnya yang terjadi di Eropa Abad Pertengahan.
Di Eropa Feodalisme bukan suatu
sistem terencana yang berasal secara logis dari prinsip-prinsip umum, tetapi
lebih merupakan respons seadanya terhadap tantangan yang diajukan oleh otoritas
pusat yang tidak efektif. Sistem feodalisme ini tidak sama dengan daerah-daerah
satu dan lainnya, masing-masing daerah memiliki sistem feodalisme yang berbeda.
Sebenarnya sistem feodalisme adalah susunan politik yang dominan hingga
raja-raja menegaskan kembali otoritas mereka pada abad pertengahan.
Ada
setidaknya empat komponen utama yang membentuk sistem feodal yaitu :
1.
Lord adalah
pemilik tanah, biasanya seorang bangsawan dari keluarga raja atau kalangan
agamawan (uskup, biarawan)
2.
Vassal atau
Knights adalah adalah kaum bangsawan yang memberikan jasa (umumnya dalam bentuk
dukungan militer) kepada Lord dengan imbalan berupa tanah yang disewakan
3.
Fief adalah
tanah yang disewakan berupa lahan-lahan pertanian
4.
Serf atau
penggarap tanah ialah petani yang mengerjakan lahan pertanian dengan status
setengah budak.[1]
Sistem feodalisme telah mengundang
praktik pervasalan, dalam praktik ini seorang ksatria, dengan upacara yang
khidmat, bersumpah setia pada seorang bangsawan. Praktik ini berasal dari
Jerman kuno. Ketika sumpah diambil, sang vasal memberikan layanan militer
kepada tuannya dan sebagai upah ia menerima suatu Fief (biasanya berupa
tanah), dari Fief sang vasal dapat menerima harta penyokong dari petani
yang mengurusi Fiefnya. Dari praktik ini tak hanya mengutungkan sang
vasal tapi tuannya juga mendapat keuntungan, sang vasal telah siap menyediakan
para ksatria dan perlindungan pada tuannya. Pada umumnya, baik tuan maupun
vasal merasakan vasal merupakan ikatan kehormatan untuk mematuhi sumpah
kesetiaan. Sudah merupakan kebiasaan yang diterima kalau seorang vasal menarik
kesetiaan kepada tuannya jika pihak tuan gagal melindunginya dari
musuh-musuhnya, memperlakukannya dengan buruk, atau menambah
kewajiban-kewajiban vasak diluar apa yang sudah ditetapkan dengan perjanjian feodal.
Kejadian ini juga dapat berbalik terhadap sang vasal yang dapat diadili di
pengadilan bahkan dapat kehilangan nyawanya karena terbukti bersalah. Bahkan
hal ini dapat menjadi titik awal peperangan. Karena vasal dapat begitu saja
memutuskan perjanjian dengan alasan dia sudah menjadi tuan bagi sejumlah vasal.[2]
Praktik pervasalan ini mempengaruhi
perkembangan ekonomi masyarakat Eropa masa abas pertengahan. Secara umum,
perekonomian di kawasan Eropa bagian dalam semakin memburuk ketika lau
Mediterania dikuasai oleh kaum muslim. akibatnya total perekonomian kerajaan-kerajaan
Eropa dalam bergantung pada tanah. Perdagangan yang berpusat di selatan segera
berpindah ke utara. Selanjutnya paruh kedua abad ke-9 M. Penyerbuan orang
norman menyebabkan hancurnya perdagangan di utara, terdapat bukti-bukti
kemunduran ekonomi pada saat itu, yaitu :
1.
Lenyapnya
peredaran mata uang emas pada zaman Karoling
2.
Larangan
pemberian bunga dalam setiap pinjaman
3.
Menurunnya
kegiatan para saudagar secara dratis
4.
Terhentinya
peredaran komoditas dari timur seperti rempah-rempah dan sutera
5.
Peredaran
mata uang dikurangi hingga paling minimum
6.
Merajalelanya
tingkat penderita buta huruf
7.
Kedudukan
kota merosot tajam dan digantikan kubu-kubu[3]
Tetapi memasuki abad ke-11 perdagangan Eropa kembali hidup.
Pertanian agraris bersifat subsisten yang semula menjadi basis perekonomian,
berkembang menjadi pertanian bercorak ekonomi pasar. Menjelang perang salib,
kehidupan ekonomi di Eropa semakin membaik
[1] Laela Experia History, “PERADABAN
DAN MASYARAKAT FOEDAL EROPA ABAD PERTENGAHAN” Dikutip pada 17 Januari 2014
[2] Marvin Perry, Peradaban Barat dari Zaman Kuno sampai Zaman
Pencerahan, (Bantul: Kreasi Wacana,
2012), hlm. 213.
[3] Desvian Bandarsyah, Laely Armiyati. Sejarah Eropa 1 dari klasik hingga
Industralisasi, (Jakarta: Mitra Abadi, 2014), hlm. 31.
oke, terimakasih..tulisan selanjutnya, deskripsikan dengan gayamu saja ya.
BalasHapus