PERANG
INGGRIS - PERANCIS
oleh :
sakronfauzi
Pengaruh reformasi melanda Kerajaan Inggris,
sehingga mendorong lahirnya pembaharuan agama dan pembaruan politik. Inggris
menjadi kerajaan Anglikan. Inggris kemudian melakukan suatu gerakan baru untuk
menguasai perdagangan dunia. Kita bisa ambil contoh pada penguasaan Inggris di
wilayah benua Amerika dengan pembentukan koloni-koloninya.
Awalnya Inggris datang ke benua Amerika hanya
untuk mengembangkan agama protestan secara bebas. Ternyata harapan Inggris
tidak terwujud, konflik agama yang dibawa dari Eropa mengembang pula dibenua
ini. Pertemuan dengan Portugis, Spanyol dan Perancis tidak dapat dihindari
terjadinya konflik dengan katolik yang dibawa oleh ketiga Negara tersebut.
Padahal pembaharuan agama di Inggris, dapat dikatakan tidak mengubah ajaran
katoliknya. Hal ini telah menimbulkan dampak timbulnya gagasan untuk memisahkan
antara Gereja dan Negara. Meskipun demikian semangat mereka untuk
menyebarkan agama Kristen tidak dapat ditinggalkan begitu saja, ini dibuktikan
dengan salahsatu contoh adanya penjelajahan ke dunia timur yang membawa
semangat Mission Sacre atau Tugas
Suci.
Semangat mission
sacre ini dikembangkan tanpa ada persatuan di Eropa, sehingga antara Negara
penjajah saling menghancurkan. Katolik portugis yang berada di dunia timur,
tidak membendung kemauan Katolik Spanyol dalam merebut gudang rempah-rempah.
Ketamakan dan kerakusannya tidak dapat menutupi tujuan perangnya. Spanyol dan
Portugis sesama Katolik saling meruntuhkan.
Hal yang sama dialami juga oleh Perancis
dibawah Perdana Menteri Kardinal Richelieu (1624-1642), dibantu dengan Kerajaan
Katolik Swedia, Gustavus Adol Phus, melakukan penyerangan ke Kerajaan Katolik
Jerman dan terlibat dalam Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1642). Perang ini
diakhiri dengan Perjanjian Westphalia, diakuinya Calvinisme sama dengan
Lutheranisme. Sulit bagi Kardinal untuk melakukan Perang menindas sesame
Katolik, seperti halnya dalam Perang Salib terjadi Perang Antar salib.
Setelah Kardinal berhasil mematahkan
Protestan Perancis atau Huguenot, kemudian ia beralih kepada Jerman dan
Spanyol. Di Jerman, Perancis membantu Protestannya untuk mengalahkan Raja
Katolik Jerman dari wansa Habsburg. Perancis lebih melihat dari kepentingan
politik daripada agama. Kebijakan yang demikian ini diteruskan oleh
penggantinya yaitu Kardinal Mazarin. Setelah kematiannya kemudian diteruskan
oleh Louis XIV yang menggunakan kekuasaan absolute.
Selain perang diatas, juga terjadi peperangan
akibat adanya kesamaan kepentingan antara lembaga perdagangan, perang ini
melibatkan Inggris dan Perancis yang sama-sama berseteru untuk menguasai
perdagangan. Lembaga perdagangan tersebut adalah East Indian Company (EIC) dari
Kerajaan Anglikan Inggris dan Compagnie des Indies Orientales (CIO) dari
Kerajaan Katolik Perancis yang sama ingin menguasai India. Maka meletuslah Perang Laut Tujuh Tahun (1755-1762),
Inggris berhasil menguasai India sebelah timur, Kalkuta (1763) dan seratus
tahun kemudian sekitar tahun 1854 mereka berhasil menguasai Delhi. Tetapi
sebenarnya perang ini telah dimulai pada tahun 1748 di Lembah Sungai Ohio
setelah Perancis berusaha mendirikan jaringan koloni dari Quebec dari Utara dan
Carolina di Selatan di wilayah Amerika, tetapi perang ini dimenangkan oleh
Perancis atas dukungan masyarakat Koloni Amerika.
Perang Inggris-Perancis diakhiri dengan
adanya Perjanjian Paris (1763) yang
isinya Prancis menyerahkan seluruh daerah koloni yang pernah dikuasainya
kecuali di dua Pulau West Indies.
Sumber
:
Ahmad Mansur Suryanegara, 1999. Amerika Menolak Presiden Wanita. Jakarta; Darul Falah
Nana Supriatna, 1999. Sejarah
Bangsa Amerika; Bahan Kuliah Sejarah Amerika. Bandung; IKIP Bandung
Nasution, Sedjarah
Eropah, Bandung; Balai Pendidikan Guru.
maaf sakron, anda terlambat memasukkan artikel, paling lambat 26 des 2014
BalasHapusPerancis jarang bisa menang dalam perang lawan Inggris
BalasHapusterima kasih infonya, komentar juga ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com
BalasHapus