PENAKLUKAN ISLAM DI EROPA
DALAM MEMPERLUAS KEKUASAANNYA
Oleh: Achmad Wahyudi
Oleh: Achmad Wahyudi
Islam yang berkembang pesat di
wilayah Arab dengan cara dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad serta
beberapa peperangan yang terjadi sebelum ataupun sesudah Rasulullah SAW
meninggal pada Senin 12 Rabiul Awal - 11 Hijriah, kemudian
Agama Islam yang mempunyai julukan sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin ini menjadi petujuk bagi mereka yang memilih
jalan terbaik bagi kehidupannya, untuk petunjuknya terdapat di dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadist.
Dalam penaklukan diluar Arab seperti
yang ditulis oleh Qasim
A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, bahwa penaklukan
pertama kali dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar Ash- Shiddiq yaitu di Irak dan
Persia, dalam penaklukan yang terjadi di Irak dan Persia Abu bakar tidak
langsung menghabisi nyawa penduduk kedua wilayah tersebut. Tetapi beliau
menyiapkan dua pasukan, pasukan yang pertama ialah di bawah pimpinan Khalid bin
al-Walid, pasukan yang di bawah pimpinan Khalid saat itu berada di wilayah Yamamah,
dengan surat yang telah di kirim oleh Abu bakar. Khalifah pertama ini memberikan perintah
kepada Khalid untuk memerangi Irak dari arah selatan, dimulai dari daerah
Ubullah. Pasukan kedua yang pada saat itu di pimpin oleh ‘Iyadh bin Ghunum
berada di desa Nibaj, desa tersebut berada di pertengahan Makkah dan Bashrah.[1]
‘Iyadh di perintahkan oleh Abu bakar untuk memerangi Irak dari arah timur laut,
dari Mushayyakah, selain itu Khalid dan ‘Iyadh di perintahkan oleh Abu bakar
agar bersikap lembut terhadap penduduk taklukan dan mengajak mereka memeluk
Islam. Jika menolak Islam maka mereka harus membayar jizyah, dan jika menolak
maka mereka diperangi.
Penaklukan Muslim di Persia
merupakan konflik yang berujung pada jatuhnya Kekaisaran Sassaniyah pada tahun
644, keruntuhan dinasti Sassaniyah pada tahun 651 dan pada akhirnya kemunduran
agama Zoroaster di Persia. Orang Arab pertama kali memasuki wilayah Sassaniyah
pada tahun 633, ketika jenderal Khalid bin Walid menginvasi daerah yang kini
disebut Irak. Seiring dipindahkannya Khalid ke front Romawi di Levant, kaum
Muslim akhirnya kehilangan kekuasaan mereka akibat serangan balik Persia.
Invasi kedua dimulai pada tahun 636 di bawah Saad bin Abi Waqqas, ketika suatu
kemenangan kunci pada Pertempuran Qadisiyyah berujung pada berakhirnya kendali
Sassaniyah di Persia barat secara permanen. Pegunungan Zagros kemudian menjadi
penghalang alami antara Kekhalifahan Rasyidin dan Kekaisaran Sassaniyah. Akibat
serangan terus-menerus oleh Persia terhadap daerah tersebut, Khalifah Umar
memerintahkan dilancarkannya invasi penuh terhadap Kekaisaran Persia Sassaniyah
pada tahun 642, yang selesai dengan penaklukan penuh Sassaniyah pada
pertengahan tahun 644. Penaklukan cepat Persia dalam serangkaian serangan
bercabang banyak yang terkoordinasi secara baik, diarahkan oleh Khalifah Umar
dari Madinah ribuan mil dari medan perang di Persia, merupakan pencapaian
terbesarnya, menjadikannya dikenal sebagai seorang ahli strategi politik dan
militer yang piawai. Para sejarawan Iran berusaha untuk membela leluhur mereka
dengan menggunakan sumber-sumber Arab untuk menunjukkan bahwa bertentangan
dengan klaim beberapa sejarawan, bangsa Iran, pada kenyataannya, bertempur lama
dan gigih melawan bangsa Arab yang datang menyerang. Setelah ditaklukan secara
politik, bangsa Persia berusaha mempertahankan diri dengan cara menjaga bahasa
dan kebudayaan Persia. Meskipun demikian, agama Islam akhirnya dianut oleh
banyak orang, kemungkinan untuk alasan politik atau sosial-kultural, dan
menjadi agama yang dominan[2].
Abu Bakar yang pada saat itu menjadi
Khalifa’ur Rasyidin pertama pada Rabiul awal 11 H hingga Jumadil Akhir 13 H dengan
Prestasi yang di dapat dalam memimpin umat Islam harus meninggalkan umat Islam
pada 22 Jumadil Akhir 13 H, kemudian pemerintahannya dilanjutkan oleh Umar bin
Khaththab yang pada saat itu memiliki dua peristiwa besar berupa penaklukan
yang bertujuan untuk memperluas wilayah Islam, adapun peristiwa penaklukannya
ialah;
1). Penaklukan Wilayah-Wilayah
Kekaisaran Byzantium (Syam). Dalam penaklukan di Wilayah Kekaisaran Byzantium
terdapat beberapa peristiwa yang terjadi, antara lain:
A. Perang Yarmuk (4 Rajab 12 H
B. Penaklukan Damaskus
C. Penaklukan Ajnadin
D. Penaklukan Baitul Maqdis (Elia)
E. Penaklukan Mesir (Awal tahun 20 H)
F. Penaklukan Iskandariyah
2). Penaklukan Wilayah-Wilayah
Kekaisaran Persia. Sedangkan penaklukan di wilayah kekaisaran Persia meliputi:
A. Perang Namariq
B. Perang Buwayb (Ramadhan 13 H)
C. Perang Qadisiyyah
Setelah melakukan penaklukan yang di
pelopori oleh Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, pada masa Khalifah Utsman juga
melakukan penaklukan di Tripoli (647 M), Siprus (648 M), dan Pulau Rhodes (650
M)[3]
setelah meninggalnya Khalifah Utsman dengan Prestasi yang dicapainya beliau
kemudian pemerintahannya digantikan oleh Ali bin Abi Thalib pada yang pada pemerintahan ini terdapat kerusuhan
internal yang menyebabkan berhentinya ekspansi yang dilakukan oleh umat Islam.
Konflik internal umat Islam ini
dikenal dengan sebutan Perang Shiffin yang terjadi pada Muharram 37 Hijriah,
saat itu Ali ingin mencopot Mu’awiyah dari jabatannya sebagai Gubernu di Syam.
Namun Mu’awiyah menolak kebijakan yang dilakukan oleh Ali, dari kerusuhan yang
terjadi pada umat Islam Ali yang saat itu masih menjabat sebagai Khalifah ke-4
meninggal dunia, lalu kepemimpinannya di gantikan oleh Hasan yang dibaiat yang
tidak lain ialah putra Ali bin abi thalib pada Syawal 40 Hijriah.
Tetapi untuk keutuhan umat Islam Pada
25 Rabiul Awal 41 H, Hasan menyerahkan jabatannya kepada Mu’awiyah.[4]
Setelah Mu’awiyah dilantik menjadi Khalifah menggantikan Hasan, Mu’awiyah
mendirikan dinasti Umayyah pada abad ke 662 M kemudian pendiri dinasti Umayyah
ini melanjutkan ekspansi ke wilayah Timur, sehingga dapat menundukkan wilayah
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, Samarkand, Sind, daerah Punjab, dan
Mutlan. Sedangkan di Afrika Utara Mu’awiyah menaklukan Tunisia. Dalam perluasan
yang dilakukan ke Barat pada masa Al- Walid bin Abd al-Malik (705-715), di bawah
panglima Thariq bin Ziad pada tahun 711 M pasuukan menyebrangi selat dan
mendarat di sebuah tempat, yang kemudian tempat tersebut dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal al-Tariq).
Pada pertempuran yang terjadi tahun 711 M
pasukan muslimin berhasil menurunkan raja Visigoth yang bernama Roderick di
Teledo. Menjelang tahun 715 M, kota-kota penting di Sepanyol berhasil tunduk
pada masa Dinasti Umayyah, adapun kota yang berhasil di taklukan ialah Narbonne
di selatan Perancis, Seville, Malaga, Elvira, dan Cordoba.[5]
Setelah peristiwa tersebut, Spanyol menjadi bagian dari wilayah kekuasaan umat
Islam dan dikenal dengan sebutan Andalusia. Secara structural, spanyol
berkedudukan sebagai sebuah provinsi dipimpin gubernur yang bertanggungjawab
secara langsung kepada gubernur Afrika Utara di Cairouan, Tunisia.[6]
Pertemuan yang terjadi tersebut yang mengawali interaksi ekonomi,politik, dan
budaya antar masyarakat Eropa Kirsten dan Islam.
Dalam kemajuan yang sedang di rasakan
oleh umat Islam pada masa Dinasti Umayyah yaitu luasnya wilayah kekuasaan kaum
muslimin, terdapat perseteruan internal antar faksi politik yang terus
berkembang sehingga dinasti Umayyah berkuasa. Dalam kemajuan Dinasti Umayyah
yang sedang melonjak pesat tersebut muncul kekuatan Dinasti Abbasiyah yang pada
akhirnya mampu menggoyang kedudukan Dinasti Umayyah sebagai penerus Khalifa’ur
Rasyidin. Hal ini berakibat pada berpindahnya pusat pemerintahan dari Damaskus
ke Baghdad. Pemindahan Damaskus ke Baghdad tersebut di lakukan oleh pendiri
Dinasti Abbasiyah yaitu Abu Abbas as-Saffah dan al-Manshur pada 570 M, atau
lebih tepatnya pada masa kepemimpinan Abu Ha’far al-Manshur.
Selama tujuh Abad (VII- XV) sejak
peristiwa pertarungan politik antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah di
wilayah Eropa, peradaban Islam di Spanyol mentransmisikan kebesarannya ke
penjuru Eropa.[7]
2014, hlm. 112.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Penaklukan_Muslim_di_Persia di akses pada 22/12/2014, 19:30 WIB
2009, hlm. 25.
[6] Montgomery
watt, Islam dan Peradaban Dunia. Jakarta:
Gramedia. 1997, hlm. 11.
[7] Desvian
Bandarsyah dan Laely Armiyati.Op.Cit
,hlm 37.
terimakasih, keep writing ya
BalasHapus