Senin, 05 Januari 2015


Perang Salib dan Shalahuddin Al-Ayyubi
Oleh  Ahmad Ruslan[1]

Sejumlah ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap kekuatan muslim dalam periode 1096 – 2073 M. dikenal sebagai perang salib. Hal ini disebabkan karena adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol salib. Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai “Saladin” di dunia barat, merupakan panglima perang Muslim yang dikagumi kepiawaian berperang serta keshalihannya baik kepada kawan dan lawan-lawannya. Keberanian dan kepahlawanannya tercatat sejarah di kancah perang salib.
Juli 1192 sepasukan muslim dalam perang salib menyerang tenda-tenda pasukan salib diluar benteng kota Jaffa, termasuk didalamnya ada tenda Raja Inggris, Richard I. Raja Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim dengan berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbandingan pasukan muslim dengan Kristen adalah 4:1. Salahudin Al Ayubi yang melihat Richard dalam kondisi seperti itu berkata kepada saudaranya : ” Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah ambil kuda arab ini dan berikan kepadanya, seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki “. Fragmen diatas dicatat sebagai salah satu karakter yang pemurah dari Salahudin, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Walalupun sedang diatas angin tetap berlaku adil dan menghormati lawan-lawannya.

Shalahuddin dan Perang Salib

            Hitti membagi perang Salib kedalam tiga periode, yaitu pertama periode penaklukan dari tahun 1096 M sampai 1144 M, yaitu keberhasilan tentara Salib mendirikan beberapa kerajaan Kristen di Timur, yaitu kerajaan Latin di Edessa dipimpin Edessa tahun 1098; kerajaan Latin Antiokia dipimpin Baldwin tahun 1098;  kerajaan Latin Jerussalem dipimpin Godfrey tahun 1099 M; dan kerajaan Latin Tripoli dipimpin Raymond tahun 1099 M. Kedua, periode reaksi umat islam yang berlangsung 1144 M hingga 1192 M. Dimulai ketika Imaduddin  Zangi, Gubernur Mosul, membangkitkan semangat kaum muslimin untuk membendung tentara Salib. Gerakan kaum muslimin mencapai puncaknya pada Shalahuddin Al-Ayyubi. Kota-kota yang berhasil dibebaskan dari kekuasaan tentara salib adalah Aleppo dan Edessa (1144 M); Damskus (1147 M); Antiokia (1149 M); Kairo (1169 M); dan Jerussalem (1187 M). Ketiga, periode kehancuran tentara salib berlangsung 1192 M hingga 1291 M. Pada periode ini, terjadi kemerosotan semangat keagamaan dalam diri tentara salib. Mereka lebih tertarik pada ambisi ekonomi(menguasai rampasan perang) dan politik daripada berfokus pada tujuan utama, yaitu merebut Jerussalem. Salah satu diantaranya terjadi pada peristiwa ketika  pasukan salib yang sudah dipersiapkan menyerang Mesir(1202 M) justru menyerang Konstatinopel, hingga kemudian Baldwin menjadi Raja Roma Latin pertama di Konstatinopel. Periode ini berakhir tahun 1291 M ketika tentara salib diusir dari Acre-Suriah yang menjadi basis mereka.[2]
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.
Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian belakang adalah pasukan ordo Knight Templar yang dipimpin Balian dari Ibelin. Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya. Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir.
Salahudin  memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan. Besok paginya Salahudin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya untuk membabat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat peperangan berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai khalifah kaum muslimin langsung dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.

Menuju Yerussalem

Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan  dalam film “Kingdom Of Heaven” besutan sutradara Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota Yerussalem.[3]
Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di barak militer bersama para prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget karena ternyata Salahudin  tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki selembar kain kafan yang selalu di bawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang Suriah waktu itu).
Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang oleh umat islam maupun dunia, sebagai pahlawan besar yang penuh sikap murah hati.

    





[1] Mahasiswa Progaram Studi Pendidkan Sejarah FKIP UHAMKA Jakarta Timur
[2]Desvian Babdarsyah, Laely Armiyati,Sejarah Eropa 1 dari Klasik hingga Industrialisasi.Jakarta:Mitra Abadi,2014, hlm.42-43.
[3]Alwi Alatas.Nuruddin Zanki dan Perang Salib.Jakarta: Zikrul Hakim

Selasa, 30 Desember 2014



Misteri Kejadian Holocoust, Benar Atau Sebuah Kebohongan
Oleh Muhammad Helmi Amrullah[1]
Anti-Semit, atau sikap anti-Yahudi tengah  menimpa bangsa Yahudi. Secara serentak, masyarakat dunia menyatakan penolakan terhadap bangsa yang satu ini. Krisis ekonomi global turut pula mempengaruhi, bahkan Yahudi dituding sebagai penyebab semua kekacauan yang ada sekarang ini. Dari segala hujatan dan penolakan itu, Yahudi kembali menggunakan lagu lama untuk membela dirinya; Holocaust. Apa itu Holocaust?
Holocaust adalah peristiwa pemusnahan hampir seluruh Yahudi Eropa oleh Nazi Jerman dan kelompoknya selama Perang Dunia II. Orang Yahudi sering menyebut peristiwa ini sebagai Shoah, istilah Ibrani yang berarti malapetaka atau bencana hebat. Holocaust sendiri berasal dari bahasa Yunani, holo yang artinya seluruh, dan caustos yang berarti terbakar. Secara asal, holocaust artinya adalah persembahan api atau pengorbanan religius dengan pembakaran. Konon, Nazi Jerman dipercaya telah memusnahkan sekitar 5,6 sampai 5,9 juta orang Yahudi, setidaknya angka inilah yang selalu didengung-dengungkan dan dikampanyekan  oleh Yahudi.
Holocaust tidak lepas dari kebencian Jerman kepada Yahudi. Perang Dunia I (PD I) menyisakan Jerman sebagai pecundang, dan Jerman tanpa tedeng aling-aling menyebut Yahudi sebagai pengkhianat yang membuat negara Bavarian itu hancur. Hal itu diperkuat dengan kejadian pada akhir PD I, sekelompok Yahudi mengobarkan revolusi ala Bolshevik Soviet di negara bagian Jerman, Bavaria. Kontan, Yahudi dianggap sebagai bangsa yang berbahaya. Ketika Nazi naik panggung politik, kebijakan yang menekan Yahudi pun diterapkan. Hak-hak Yahudi dicabut, harta benda mereka disita, rencana untuk mengusir mereka keluar Jerman dirancang, sampai, konon, pemusnahan fisik yang berarti pembantaian.[2]
http://img1.eramuslim.com/fckfiles/image/Abarulah/1nazi.jpg
Musim semi 1941, Nazi mulai membantai Yahudi di Uni Soviet yang dianggap sebagai sumber hidup Bolshevisme. Orang Yahudi disuruh menggali lubang kubur mereka sendiri, kemudian ditembak mati. Musim gugur tahun yang sama, Nazi meluaskan pembantaian ke Polandia dan Serbia. Kamp pembantaian untuk Yahudi mulai dibangun di Auschwitz, Dachau, Bergen-Belsen. Kamp itu dilengkapi kamar gas dan tungku besar. Mereka menggunakan kamar gas untuk membunuh orang Yahudi. Beberapa orang Yahudi dimasukkan ke dalam kamar gas, kemudian gas Zyklon-B, sebuah gas pestisida berbahan dasar asam hidrosianik, dialirkan.
Tapi apa memang seperti itu? Pada 1964, Paul Rassinier, korban holocaust yang selamat, menerbitkan The Drama of European Jews yang mempertanyakan apa yang diyakini dari Holocaust selama ini. Dalam bukunya, ia mengklaim bahwa sebenarnya tak ada kebijakan pemusnahan massal oleh Nazi terhadap Yahudi, tak ada kamar gas, dan jumlah korban tidak sebesar itu. Arthur Butz menulis The Hoax of the 20th Century: The case against the presumed extermination of European Jewry pada 1976. Ia mengklaim bahwa gas Zyklon-B tidak digunakan untuk membunuh orang tapi untuk proses penghilangan bakteri pada pakaian. Winston Churchill menulis 6 jilid karya monumentalnya, The Second World War, tanpa menyebut tentang program Nazi untuk membantai orang Yahudi. Eisenhower menulir memoarnya, Crusade in Europe, juga tak menyebut tentang kamar gas.
Mengenai kematian massal di Auschwitz, Robert Faurisson, profesor literatur di University of Lyons 2 mengklaim tipus-lah yang membunuh para tawanan itu, sama sekali bukan kamar gas. Seorang ahli konstruksi dan instalasi alat eksekusi dari AS, Fred Leuchter, pergi ke Auschwitz dan mengadakan penyelidikan serta tes di tempat itu.
Kesimpulannya adalah kamar gas di Auschwitz tidak mungkin digunakan untuk membunuh orang. Setelah orang-orang ini mempertanyakan kebenaran holocaust, gelombang kritisasi dan penyangkalan terhadap apa yang terjadi di holocaust mulai bangkit. Mereka yang meragukan kebenaran holocaust ini menyebut dirinya sebagai revisionis.
http://img1.eramuslim.com/fckfiles/image/Abarulah/1holocaust2.jpg
Memang betul, Nazi memperlakukan Yahudi demikian buruk, kejam, dan bengis. Nazi pernah memberlakukan pencabutan hak-hak Yahudi, penawanan di ghetto, kerja paksa, penyitaan harta benda dan deportasi dari Jerman. Namun, sampai saat ini, tak pernah ditemukan satupun dokumen atau masterplan tentang pemusnahan Yahudi di Eropa. Satu lagi, Jerman juga dengan secara tegas menyatakan bahwa jumlah 5,9 atau 6 juta korban merupakan kebohongan. Kamar gas memang ditemukan di Auschwitz. Namun, para revisionis mengklaim bahwa kamar gas beserta Zyklon-B tidak mungkin digunakan untuk eksekusi manusia, melainkan untuk pengasapan pakaian agar bakteri-bakteri di pakaian mati. Dari prosedur kesehatan inilah, mitos pembunuhan dengan kamar gas muncul.
Museum Auschwitz, museum tentang holocaust, selama 50 tahun mengklaim bahwa 4 juta manusia dibunuh di sana. Sekarang mereka malah mengklaim mungkin hanya 1 juta korban. Revisi klaim ini pun tidak didukung oleh dokumentasi 1 juta orang tersebut. Hal yang penting lagi adalah jika memang ada pembunuhan massal di Polandia terhadap Yahudi tentu Palang Merah, Paus, pemerintah sekutu, negara netral, pemimpin terkemuka waktu itu akan tahu dan menyebutnya dan mengecamnya.
Yahudi tentu saja mengambil keuntungan dari kebohongan besar mereka ini. Mereka yang merasa menjadi korban kemudian menuntut tanah Palestina, terus meminta ganti rugi kepada Jerman, dan meminta dana pembangunan dari negara lain, dan senantiasa memelihara isu Holocaust. Tak pelak lagi, Israel selalu bersembunyi di balik Holocaust atas semua aksi keji dan biadabnya. [3]



[1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas keguruan Dan Ilmu Pendidikan UHAMKA email: helmimuhammad7@gmail.com
[3]  Norman G Finkelstein, the holocaust Industry

Minggu, 28 Desember 2014

Perang Dunia II di Eropa
oleh :
lucyana kartika puri

Perang Dunia II mengakibatkan kematian sekitar 55 juta orang di seluruh dunia. Perang ini adalah konflik terbesar dan paling destruktif sepanjang sejarah. Jerman memulai Perang Dunia II dengan menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939. Inggris dan Prancis meresponsnya dengan menyatakan perang terhadap Jerman. Pasukan Jerman menginvasi Eropa barat pada musim semi tahun 1940. Dengan dukungan dari Jerman, Uni Soviet menduduki negara-negara Baltik pada bulan Juni 1940. Italia, anggota Blok Poros (negara yang bersekutu dengan Jerman), ikut terjun dalam perang pada tanggal 10 Juni 1940. Dari tanggal 10 Juli hingga 31 Oktober 1940, Nazi terlibat dalam perang udara di langit Inggris dan akhirnya kalah. Perang ini disebut Pertempuran Britania.
Setelah mengamankan wilayah Balkan dengan menginvasi Yugoslavia dan Yunani pada tanggal 6 April 1941, pasukan Jerman dan para sekutunya menginvasi Uni Soviet pada tanggal 22 Juni 1941, dan ini berarti melanggar secara langsung Pakta Jerman-Soviet. Pada bulan Juni dan Juli 1941, Jerman juga menduduki negara -negara Baltik. Pemimpin Soviet Joseph Stalin kemudian menjadi pemimpin utama Sekutu pada masa perang untuk melawan Jerman Nazi dan sekutu blok Porosnya. Selama musim panas dan musim gugur tahun 1941, pasukan Jerman semakin merangsek masuk ke Uni Soviet. Pada tanggal 6 Desember 1941, pasukan Soviet melancarkan serangan balasan hebat. Keesokan harinya, pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang (salah satu kekuatan blok Poros) mengebom Pearl Harbor, Hawaii, sehingga menyebabkan Amerika Serikat terjun ke dalam kancah peperangan dan bersekutu dengan Inggris Raya dan Uni Soviet.
Pada bulan Mei 1942, Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerang kota Cologne di Jerman dengan ribuan pesawat pengebom, dan untuk pertama kalinya membuat penduduk Jerman ikut merasakan perang ini. Selama tiga tahun berikutnya, angkatan udara Sekutu secara sistematis mengebom pabrik industri dan kota-kota di seluruh Reich, sehingga pada tahun 1945 kota-kota di Jerman hanya tinggal reruntuhan.
Di front timur, selama musim panas tahun 1942, Jerman dan blok Porosnya kembali menyerang Uni Soviet, dengan tujuan merebut Stalingrad di Sungai Volga, serta kota Baku dan ladang minyak Kaukasia. Serangan Jerman terhenti di kedua medan perang tersebut pada akhir musim panas 1942. Pada bulan November, pasukan Soviet melancarkan serangan balasan di Stalingrad dan pada tanggal 2 Februari 1943, Angkatan Darat Keenam Jerman menyerah kepada tentara Soviet. Pasukan Jerman melancarkan satu serangan lagi di Kursk pada bulan Juli 1943, yang merupakan pertempuran tank terbesar dalam sejarah, tetapi pasukan Soviet menundukkan serangan itu dan memegang dominasi militer yang terus dipertahankan selama masa peperangan.


Pada bulan Juli 1943, pasukan Sekutu mendarat di Sisilia dan pada bulan September merapat di pantai daratan utama Italia. Setelah Dewan Agung Partai Fasis Italia melepaskan jabatan perdana menteri Italia Benito Mussolini (sekutu Hitler), militer Italia mengambil alih dan melakukan negosiasi untuk menyerah kepada pasukan Anglo-Amerika pada tanggal 8 September. Pasukan Jerman yang ditugaskan di Italia merebut kendali atas separuh dari wilayah peninsula bagian utara, dan terus melanjutkan perlawanan. Mussolini, yang telah ditangkap oleh pihak militer Italia, diselamatkan oleh komando SS Jerman pada bulan September dan mendirikan rezim boneka neo-Fasis (di bawah pengawasan Jerman) di Italia utara. Pasukan Jerman terus menguasai Italia utara hingga menyerah pada tanggal 2 Mei 1945.
Pada tanggal 6 Juni 1944 (Hari-H), sebagai bagian dari operasi militer besar-besaran, lebih dari 150.000 tentara Sekutu mendarat di Prancis, dan Prancis dibebaskan pada akhir Agustus. Pada tanggal 11 September 1944, pasukan A.S. pertama menyeberang masuk ke Jerman, sebulan setelah pasukan Soviet melintasi perbatasan timur. Pada pertengahan Desember, Jerman melancarkan serangan balasan di Belgia dan Prancis utara yang dikenal sebagai Pertempuran Bulge, namun gagal. Angkatan udara Sekutu menyerang pabrik-pabrik industri Nazi, seperti pabrik yang berada di kamp Auschwitz (meskipun begitu, kamar gas tak pernah dijadikan sasaran).
Pasukan Soviet memulai serangan pada tanggal 12 Januari 1945 dan membebaskan Polandia barat sehingga memaksa Hungaria (sekutu blok Poros) menyerah. Pada pertengahan Februari 1945, Sekutu mengebom kota Dresden di Jerman, membunuh sekitar 35.000 orang warga sipil. Pasukan Amerika menyeberangi Sungai Rhine pada tanggal 7 Maret 1945. Serangan terakhir Soviet pada tanggal 16 April 1945, memungkinkan pasukan Soviet mengepung ibu kota Jerman, Berlin. Saat pasukan Soviet bertempur untuk merangsek masuk ke Kekanseliran Reich, Hitler bunuh diri pada tanggal 30 April 1945. Pada tanggal 7 Mei 1945, Jerman menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu Barat di Reims dan pada tanggal 9 Mei kepada Soviet di Berlin. Pada bulan Agustus, perang di Pasifik berakhir setelah A.S. menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, membunuh 120.000 orang warga sipil. Jepang menyerah secara resmi pada tanggal 2 September.

Sumber :  http://www.ushmm.org/wlc/id/article.php?ModuleId=10008000


PERANG INGGRIS - PERANCIS



PERANG INGGRIS - PERANCIS
oleh : 
sakronfauzi

Pengaruh reformasi melanda Kerajaan Inggris, sehingga mendorong lahirnya pembaharuan agama dan pembaruan politik. Inggris menjadi kerajaan Anglikan. Inggris kemudian melakukan suatu gerakan baru untuk menguasai perdagangan dunia. Kita bisa ambil contoh pada penguasaan Inggris di wilayah benua Amerika dengan pembentukan koloni-koloninya.
Awalnya Inggris datang ke benua Amerika hanya untuk mengembangkan agama protestan secara bebas. Ternyata harapan Inggris tidak terwujud, konflik agama yang dibawa dari Eropa mengembang pula dibenua ini. Pertemuan dengan Portugis, Spanyol dan Perancis tidak dapat dihindari terjadinya konflik dengan katolik yang dibawa oleh ketiga Negara tersebut. Padahal pembaharuan agama di Inggris, dapat dikatakan tidak mengubah ajaran katoliknya. Hal ini telah menimbulkan dampak timbulnya gagasan untuk memisahkan antara Gereja dan Negara. Meskipun demikian  semangat mereka untuk menyebarkan agama Kristen tidak dapat ditinggalkan begitu saja, ini dibuktikan dengan salahsatu contoh adanya penjelajahan ke dunia timur yang membawa semangat Mission Sacre atau Tugas Suci.
Semangat mission sacre ini dikembangkan tanpa ada persatuan di Eropa, sehingga antara Negara penjajah saling menghancurkan. Katolik portugis yang berada di dunia timur, tidak membendung kemauan Katolik Spanyol dalam merebut gudang rempah-rempah. Ketamakan dan kerakusannya tidak dapat menutupi tujuan perangnya. Spanyol dan Portugis sesama Katolik saling meruntuhkan.
Hal yang sama dialami juga oleh Perancis dibawah Perdana Menteri Kardinal Richelieu (1624-1642), dibantu dengan Kerajaan Katolik Swedia, Gustavus Adol Phus, melakukan penyerangan ke Kerajaan Katolik Jerman dan terlibat dalam Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1642). Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Westphalia, diakuinya Calvinisme sama dengan Lutheranisme. Sulit bagi Kardinal untuk melakukan Perang menindas sesame Katolik, seperti halnya dalam Perang Salib terjadi Perang Antar salib.
Setelah Kardinal berhasil mematahkan Protestan Perancis atau Huguenot, kemudian ia beralih kepada Jerman dan Spanyol. Di Jerman, Perancis membantu Protestannya untuk mengalahkan Raja Katolik Jerman dari wansa Habsburg. Perancis lebih melihat dari kepentingan politik daripada agama. Kebijakan yang demikian ini diteruskan oleh penggantinya yaitu Kardinal Mazarin. Setelah kematiannya kemudian diteruskan oleh Louis XIV yang menggunakan kekuasaan absolute.
Selain perang diatas, juga terjadi peperangan akibat adanya kesamaan kepentingan antara lembaga perdagangan, perang ini melibatkan Inggris dan Perancis yang sama-sama berseteru untuk menguasai perdagangan. Lembaga perdagangan tersebut adalah East Indian Company (EIC) dari Kerajaan Anglikan Inggris dan Compagnie des Indies Orientales (CIO) dari Kerajaan Katolik Perancis yang sama ingin menguasai India. Maka meletuslah Perang Laut Tujuh Tahun (1755-1762), Inggris berhasil menguasai India sebelah timur, Kalkuta (1763) dan seratus tahun kemudian sekitar tahun 1854 mereka berhasil menguasai Delhi. Tetapi sebenarnya perang ini telah dimulai pada tahun 1748 di Lembah Sungai Ohio setelah Perancis berusaha mendirikan jaringan koloni dari Quebec dari Utara dan Carolina di Selatan di wilayah Amerika, tetapi perang ini dimenangkan oleh Perancis atas dukungan masyarakat Koloni Amerika.
Perang Inggris-Perancis diakhiri dengan adanya Perjanjian Paris (1763) yang isinya Prancis menyerahkan seluruh daerah koloni yang pernah dikuasainya kecuali di dua Pulau West Indies.

Sumber :

Ahmad Mansur Suryanegara, 1999. Amerika Menolak Presiden Wanita. Jakarta; Darul Falah
Nana Supriatna, 1999. Sejarah Bangsa Amerika; Bahan Kuliah Sejarah Amerika. Bandung; IKIP Bandung
Nasution, Sedjarah Eropah, Bandung; Balai Pendidikan Guru.
SEJARAH IDEOLOGI KOMUNISME
Oleh : Miftah awaludin Najib

adalah sebuah ideology yang digagas atau hasil pemikiran karl marx adanya salah satu hasil karyanya yang  paling monutemental adalah “ manifesto of the comunis party” dimana konsep pemikiran politik karl marx ialah tentang “Materialisme historist”,menurut marx  umat mansia selalu diwarnai faktor- faktor kebendaan, awal sejarah manusia di mulai dengan adanya pemilikan pribadi ( private ownership) yang kemudian menimbulkan pertarungan memperebutkan materi  atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi faktor  konstitutif  proses sosial politik historis kemanusiaan.Marx  menyangkal argument Hegel maupun max weber yang melihat faktor non bendawi (spirit) dan gagasan (idea) berpengaruh  menentukan sejarah, inilah faham materialism sejarah marx
Memahami pemikiran  materialism sejarah  marx  atau historical materialism  tidak bisa dilepaskan dari pemikiran dialektika, konsep ini menpati posisi sentral dalam tradisi pemikiran marxis. Dalam merumuskan gagasannya tentang dialektika marx memperoleh inspirasi dari gurunya hegel, maka tidak berleihan jika tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa substans dialektika marx  taklain merupakan penjungkirbalikaan dari dialektika  Hegel. Ini bisa di mengerti karena Marx, seperti diakhirnya sendiri, sangat terpengaruhi dengan filosof jerman itu. Bahkan di masa mudanya dengan bangga Marx mengakui dirinya sendirian Hegelian.
Berdasarkan gagasan di atas, Marx dan Engles seperti di tulis Lauer merumuskan beberapa premis teoritis yang merupakan inti dari pemikiran materialism sejarah. Premis itu adalah : pertama sebab-sebab terjadinya perubahan dan proses sejarah terus dilacak dalam bentuk-bentuk dan cara produksi ekonomi masyarakat dan bukan dalam gagasan atau filsafat. Bukakanlah cara berfikir manusia yang menentukan perubahan sosial sejarah, melainkan bagaimana hubungan-hubungan produksi materialnya. Marx mengatakan “Social existence determines social consciousness” (keberadaan sosial seorang menentukan kesadaran sosialnya), kedua setiap masyarakat selalu di cirikan oleh adanya infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur menentukan suprastruktur. Bukan sebaliknya. Ketiga perubahan disebabkan oleh adanya antagonism, kontradiksi kelas sosial atau proses dialektis antara kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi.
Masyarakat kapitalis melahirkan kondisi-kondisi yang material pada akhirnya menghancurkan masyarakat tersebut karena dalam masyarakat kapitalis menurut Marx selalu kontradiksi internal (Internal Contradiction). Yaitu pertarungan antara atau konflik tak pernah henti antara kekuatan-kekuatan sosial yang terdapat dalam masyarakat kapitalis itu sendiri. Perkembangan dialektis dengan demikian berarti bahwa kontradiksi dalam masyarakat kapitalis tidak berasal dari kekuatan diluar masyarakat itu melainkan di dalam tubuhnya sendiri semua ini di simpulkan oleh Lauer. Kelima kontadiksi antara kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi termanifestasi dalam bentuk konflik kelas. Konflik kelas ini berlangsung dalam semua sejarah manusia. Marx mengatakan bahwa sejarah seluruh masyarakat yang ada (sejak dahulu sampai sekarang) tidak lain adalah sejarah perjuangan kelas dalam masyarakat kapitalis, kelas yang selalu berseteru itu adalah kelas borjuis – kapitalis dan kelas proletariat. Kelas borjuis kapitalis dicirikan oleh kekuasaan yang dominan terhadap Negara, alat dan cara produksi serta kapital sedangkan kelas proletariat tidak memiliki apa-apa kecuali tenaga kerja.
1.                      Negara Sebagai Alat Penindasan
Marx berpendapat bahwa hubungan antara kelas proletar dan borjuis kapitalis sangat bersifat exploitatif dan antagonistik. Kelas ploretariat selalu dalam kondisi diejuis eksploitasi kelas borjuis kapitalis, keadaan  ini melahirkan kondisi dimana kelas proletar merasa teralienasi (alienated) dari lingkungan sosialnya sendiri. Tidak  ada formula ntuk menentang terjadinya perubahan  struktural dalam mayarakat kapitalis kecuali kaum proletar berevolusi menentng kaum borjuasi. Perubahan sosial haru dilakukan dengan cara kekerasan, kelas proletar harus merebut hegemoni kaum kapitalis atas alat-alat produksi, Negara dan kapitalisme.
Ada beberapa alasan mengapa Marx begitu skeptis terhadap Negara atara lain:
·                        Eksploitasi Negara terhadap kelas proletar yang dilakukan oleh kaum borjuasi kapitalis.
·                        Negara dijadikan alat atau instrument penindasan trhadap kaum proletar.
·                        Negara semata mata digunakan hanya untuk memertahankan Status Quo
·                        Negara dijadikan alat untuk melakukan hegemoni ekonomi
·                        Kaum proletar tidak memilikia akses sedikitpun terhadap Negara
Negara demikian dalam pandangan Marx diibaratkan sebagai monster jahatatau menurut istilah  Hobbes disebut leviathan sejenis makhluk ganas pemakan makhluk hidup lainnya.
Mungkin kita perlu memahami pemikiran Negara Marx dengan melihat konteks sosial historis ketika Marx hidup. Marx adalah manusia eropa abad 18 yang peradaban indusrialisasinya cenderung menunjukkan keberpihakkan terhadap kaum minoritas kaum borjuasi kapitalis dan menyengsarakan kaum mayoritas yakni kaum proletar. Inilah mungkin mengapa marx melihat Negara sebagai alat kaum borjuasi semata.
Persoalan marx terhadap eksistensi Negara karena ia juga merasa lembaga itu tidak ada gunanya bila cita- cita kelas proletar atau masyarakt tanpa kelas tercapai, marx  berfikir apakah aparat kepolisian atau Negara yang koersif  tetap diperlukan bila alam mayarakat tidak lagi terdapat antagonism kelas. Tidak terjadi pertarngan memperebutkan pekerjaan, alat- alat produksi , kejahatan sosial karena semua anggota masyarakat telah meraskan kehidupan sejahtera sama rata dan sama rasa, karena itu yang menjadi prioritas pertama perjuangan kelas proletar  buanlah menciptakkan Negara melainkan menciptakkan masyarakat tanpa kelas, dengan  masyarakat tanpa kelas Negara dengan sendirinya akan lenyap tanpa dihancurkan. Inilah poses sejarah yang disebut Marx  proses “ lenyapnya Negara”
2.                      Agama Candu Rakyat an Alat Penindasan
“ Religion is the  opium  of the people” (agama adalah candu untuk rakyat) ini merupakan kata-kata Marx ketika ia mengemukakan pandangan tentang agama. Agama menina bobokkan dan meracuni rakyat, itu sebabnya lenin seorang Marxist tulen menghendaki penghancuran semua lembga-lembaga dan doktrin keagamaan ketika ia berkuasa di negaranya. Ada juga yang berpendapat bahw stilah “candu”  hanya ditujukkan pada satu sekte atau agama tertentu (baca: protestan) jadi tidak semua agama menjadi candu bagi rakyat. Kaum maxist yang lain menilai agama lebih bersifat netral.
Disisi lain Marx menganggap agama muncul karena adanya perbedaan kelas- kelas sosial, atau dengan kata lain agama adalah produk dari perbedaan kelas itu. Jadi selama perbedaan kelas itu masih ada maka selama itu pula agama akan tetap  ada. Agama perlu dilenyapkan karena agama merupakan alat bagi kaum borjuasi atau kapitalis (kelas penindas) untuk mengeksploitasi kelas pekerja atau proletar. Marx berpendapat bahwa Negara menguakkan agama demi kepentingan mempertahankan kekuasaan atas kondisi opressif kelas proletar. Agama digunakan oleh Negara agar rakyat tidak terlena dan tidak berontak dan selalu patuh kepada penguasa Negara. Itulah fungsi ekploitatif agama. Marx menunjukkan fakta-fakta sejarah yang membenarkan pandangannya itu, ketika agama (Kristen) berkuasa di abad-abad pertengahan, prinsip-prinsip soal Kristen dijadikan alat pembenaran perbudakan, agama mensucikan perbudakan itu dan mempertahankan keberlangsungan penindasan terhadap kelas proletariat. Bagi Marx dengan demikian agama merupakan nilai-nilai yang membelenggu manusia dan mustahil memiliki semangat pembebasan terhadap manusia.



Sabtu, 27 Desember 2014

Pemikiran Filsafat,Abad Pencerahan & Revolusi Industri

Pemikiran Filsafat,Abad Pencerahan & Revolusi Industri
Oleh Ricki Maldini[1]
Kehidupan umat manusia khususnya di Eropa dan di belahan dunia lain pada umumnya mengalami kemajuan di bidang industri,ekonomi,sosial dan budayanya tidaklah lepas dari terbebasnya pemikiran manusia atas dogma gereja di Eropa pada abad ke IV sampai ke XV.Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia yang sebelumnya mengalami stagnan di bidang pemikiran,yang menghambat peradaban umat manusia.
Keterkekangan tersebut membuat para pemikir-pemikir Eropa saat itu melihat kejayaan pada masa filsafati Yunani-Romawi kuno dapat menopang peradaban besar saat itu,hal itulah yang membuat mereka terinspirasi untuk kembali membuka cakrawala pemikiran dengan dasar berfikir yang telah di paparkan oleh para filsuf zaman kuno Yunani sepertia Sokrates,Aristoteles,plato dan sebagainya.
Kemudian munculah tokoh-tokoh seperti Leonardo da vinci,Michelangelo,Francis Bacon,Niccolo Machiavelli.Dan salah satu jembatan pemikiran bagi generasi-generasi selanjutnya adalah Rene Descartes yang mengatakan “cogito ergo sum” (aku berfikir,maka aku ada). Yang mengutamakan pikiran daripada materi.
Revolusi ilmiah yang didasarkan atas pemikiran yang bersandarkan pada pikiran ini,menghantarkan arti penting bagi terbitnya Abad pencerahan.Keberadaan ilmuwan dengan berbagai teorinya tentang alam semesta,memperlemah doktrin-doktrin gereja.Keajaiban,mitos,astrologi dan kekuatan adikodrati tidak lagi menjadi dasar berfikir para intelektual.Akhirnya,teologi mulai dipandang sebagai wilayah terpisah dari ilmu pengetahuan.Mereka semakin percaya bahwa alam dapat dikuasai,dimekanisasi,dianalisir,diatur, dan dimatematiskan. Inilah yang kelak berkembang menjadi ilmu industry dan mampu menjadikan peradaban Barat sebagai yang tertinggi pada jamanya.[2]
Yang pada fase selanjutnya,ketika umat manusia telah mengenal Revolusi ilmiah sebagai dasar pemikiran untuk mengontrol alam,maka munculah zaman dimana ketika itu manusia mampu mengatasi kehidupanya atas alam,dan tidak bergantung lagi kepada alam,merupakan tonggak sejarah terbesar umat manusia Revolusi di bidang industri yang membuat kehidupan manusia akan lebih mudah dalam fase kehidupan selanjutnya.
Revolusi Industri sebagai tonggak sejarah terbesar umat manusia di dalam mengolah kehidupanya.  Revolusi Industri itu sendiri berarti yang menyatakan suatu istilah yang menandai perubahan yang radikal dan cepat terhadap perkembangan kemampuan manusia dalam menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil produksi.Peralatan yang digunakan memakai sistem ban berjalan atau running the belt dan dijalankan secara mekanis (mesin-mesin).Selain itu juga didukung oleh modal yang besar dan tenaga buruh yang murah serta daerah pemasaran yang luas.Revolusi Industri ini mula-mula berkembang di Inggris dan yang akhirnya menjalar ke Eropa dan pelosok dunia lainya.
Menurut Marvin Perry didalam bukunya Desvian Bandarsyah dan Laely Armiyati Sejarah Eropa,mengatakan,alasan dimulainya atau penyebab munculnya Industrialisasi di wilayah Eropa Barat adalah Eropa Barat lebih kaya dibandingkan Negara di bagian lain,kekayaanya merupakan hasil ekspansinya sejak abad ke –XVI ke Dunia baru dan Afrika.Keterlibatan Negara-negara dalam persaingan militer dan komersial,mendorong pemerintah untuk terus berinovasi mencari strategi memperbesar industry persenjataan,seragam,kapal,dan mendorong perniagaan untuk menghasilkan pajak yang akan dipakai membiayai perang.
Tumbuhnya perniagaan memelihara ekonomi dan membawa semua lapisan masyarakat berpastisipasi.Meningkatnya populasi pada Abad ke –XIII memicu tingginya kebutuhan pangan,pekerjaan,dan barang-barang lainya.Selain iu,kapitalisasi pertanian sebagai akibat dari hilangnya pola-pola tradisional-perbudakan,kewajiban manorial menjadi bagian penting dalam mendorong proses industrialisasi. Dan terakhir adalah individualism dan rasionalisme (tradisi akal),yang menjadi bagian dari abad pencerahan.Individualisme memicu semangat untuk bisa menyejahterakan dirinya,sedangkan rasionalisme memicu hasrat umat manusia untuk menguasai dan mengontrol alam.[3]
Diatas merupakan penyebab munculnya Revolusi Industri,yang selanjutnya menghasilkan penemuan-penemuan alat-alat seperti mesin uap oleh James Watt (1769), Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard Arkwright (1769) dan lain sebagainya.
Revolusi Industri telah mengubah pola kehidupan umat manusia dari segi ekonomi,politik,sosial dan kebudayaanya. Yang akhirnya kehidupan manusia terus dengan pertentangan ritme sejarah antara tuan tanah dan petani,bangsawan dan budak,bourjuis dan proletar dan sebagainya. Kehidupan sebagai dialektika seperti kata Marx tesis, anthitesis dan sintesis. Suatu kehidupan yang ada akan berubah karena pengaruh dari ketidaknyamanan dan akan membentuk suatu pola kehidupan baru begitu seterusnya .Namun yang terpenting dari dari itu semua adalah manfaat dari Revolusi Industri itu sendiri,yang membawa kemudahan bagi umat manusia dan disusul dengan Revolusi Industri II dan III, yang menghasilkan mobil, pesawat terbang, sepeda motor, televise, handphone dll yang membuat dunia ini memasuki era teknologi modern beserta zaman globalisasi.





[1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA JAKTIM Email Baztin.ricchi@yahoo.co.id
[2] Desvian Bandarsyah dan Laely Armiyati,Sejarah Eropa 1. Jakarta: Mitra Abadi,2014, hlm.92.
[3]  Desvian Bandarsyah dan Laely Armiyati,Sejarah Eropa 1. Jakarta: Mitra Abadi,2014, hlm.106.