Kebijakan Ekonomi Fasisme Italia
Oleh
: Pri Haryanto[1]
Menghadapi instabilitas sosial dan
ekonomi italia, kaum fasis berjanji akan menciptakan ketertiban[2]. kebijakan dan kreativitas
ekonomi yang lama akan diganti dengan disiplin. selama tahun 1920-an, Mussolini
melaksanakan banyak program pekerjaan umum, misalnya mengeringkan Pontine
Marshes untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman. industri perkapalan dan
pelayaran dibantu, dan perlindungan tarif juga diperkenalkan, dengan
mati-matian Mussolini mengupayakan agar italia mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri, (self-sufficient) (craig, et al., 1986:1113) salah satu dari antaranya
ialah dengan memulai apa yang disebut oleh craig, et al. (1986:1113) dengan “battle of wheat”(perang gandum) untuk
mencegah masuknya gandum luar negeri ke pasar italia. untuk itu, dilakukan
perluasan yang luar biasa terhadap ladang gandum. meskipun demikian, italia
tetap tidak dapat menghindar dari depresi ekonomi. Produksi, ekspor, dan
(nilai) upah mengalami penurunan, walupun peningkatan produksi gandum meledak.
Sebelum
dan sesudah depresi ekonomi, kaum fasis mencoba mengendalikan perkembangan
ekonomi antara ekonomi sosialisme dan ekonomi liberal. kebijakan ekonomi mereka
terkenal dengan nama Korporatisme (Corporatism). sistem ini merupakan ekonomi
terencana yang menghubungkan pemilikan swasta atas kapital dengan arbitrasi
(perwasitan) pemerintah terhadap persoalan-persoalan pekerja. industri-industri
utama pertama-tama diorganisasikan menjadi beberapa sindikat (gabungan
perusahaan) yang mewakili para pekerja dan pimpinan. kedua, kelompok dalam
perusahaan itu merundingkan penyelesaian masalah pekerja dalam kerangka kerja
yang telah diorganisasikan tersebut, dan menyampaikan perbedaan-perbedaan
diantara mereka kepada arbitrasi pemerintah yang bersifat wajib. kaum fasis
berpendapat bahwa pertentangan kelas akan terhindar jika keduanya, para pekerja
dan pimpinan, memandang ke arah tujuan yang lebih besar produktivitas yaitu
untuk kepentingan bangsa. tentu saja pengaturan ini dapat melahirkan
percekcokan hebat, apakah menguntungkan para pekerja atau pimpinan. hal yang
sudah pasti terjadi adalah, bahwa sejak pertengahan tahun 1920-an,
organisasi-organisasi pekerja kehilangan haknya untuk melakukan pemogokan,
termasuk mengejar tujuan-tujuan ekonomis mereka yang bersifat bebas. berkaitan
dengan itu, jelas pimpinan perusahaan diuntungkan.
Sesudah tahun 1930, dilakukan lagi
pengorganisasian lebih lanjut terhadap sindikat-sindikat industri itu hingga
menjadi badan yang disebut perusahaan-perusahaan negara (corporations)[3]. badan-badan itu meliputi
semua industri yang berkaitan dengan bidang utama produksi, seperti pertanian
atau metalurgi (pengolahan bahan logam), mulai dari bahan-bahan mentah sampai
barang jadi dan pendistribusian. jumlah seluruh badan perusahaan negara yang
didirikan adalah 22 yang mencakup keseluruhan ekonomi. dalam tahun 1938,
Mussolini menghapuskan Chamber of
Deputies Italy, dan menggantinya dengan Chamber of Corporations (Majelis
Perusahaan Negara). kerangka kerja organisasi yang luas dan banyak ini, tidak
meningkatkan produksi, malahan mengarah ke birokrasi yang berkepanjangan dan
korupsi. perusahaan negara mengizinkan pemerintah menguasai banyak kehidupan
ekonomi bangsa. konsumen dan produsen betul-betul tidak dapat lagi menentukan
apa yang harus diproduksi. pemerintah fasis memperoleh kekuasaan ekonomi
langsung melalui “Institute for
Industrial Reconstruction”(Institut untuk Rekonstruksi Industri), yang
memberikan pinjaman-pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan. pinjaman-pinjaman itu menjadikan negara mempunyai hak
kepemilikan terhadap perusahaan-perusahaan.
Seberapa besar korporatisme mempengaruhi
perekonomian italia dalam jangka panjang, tidak dapat dihitung secara nyata.
pada tahun 1935, italia menyerbu Ethiopia, dan kehidupan ekonomi secara resmi
ditempatkan di atas kondisi ekonomi di masa perang. LBB mengenakan sanksi
ekonomi dengan mendesak semua anggotanya untuk menahan diri agar tidak membeli
barang-barang italia. sanksi itu mempunyai sedikit pengaruh, sejak itu pajak
dinaikkan. selama 1935, negara mengenakan pinjaman paksa terhadap rakyat dengan
cara mewajibkan para pemilik kekayaan membeli surat obligasi. upah atau gaji
para pekerja terus ditekan. sejalan dengan makin meningkatnya ketegangan
internasional selama tahun 1930-an, negara italia semakin memiliki kekuasaan
atas perekonomian. tatanan fasisme di italia terbukti tidak dapat digunakan
sebagai tatanan kemakmuran. tatanan fasisme dalam kenegaraan itu ternyata
menurunkan taraf kehidupan.
Demikianlah perkembangan di italia, fasisme
dicobakan untuk mengatasi berbagai kesulitan, termasuk kesulitan ekonomi, namun
percobaan ini ternyata juga tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan.
sementara itu perkembangan dunia internasional juga tidak membantu, dan
ketegangan terus berlangsung.
oke, terimakasih ya. lebih tepat jika anda menulis tentang awal munculnya fasisme di Italia.
BalasHapus