Selasa, 23 Desember 2014

Kebijakan Ekonomi Fasisme Italia



Kebijakan Ekonomi Fasisme Italia
Oleh : Pri Haryanto[1]
          Menghadapi instabilitas sosial dan ekonomi italia, kaum fasis berjanji akan menciptakan ketertiban[2]. kebijakan dan kreativitas ekonomi yang lama akan diganti dengan disiplin. selama tahun 1920-an, Mussolini melaksanakan banyak program pekerjaan umum, misalnya mengeringkan Pontine Marshes untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman. industri perkapalan dan pelayaran dibantu, dan perlindungan tarif juga diperkenalkan, dengan mati-matian Mussolini mengupayakan agar italia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, (self-sufficient) (craig, et al., 1986:1113) salah satu dari antaranya ialah dengan memulai apa yang disebut oleh craig, et al. (1986:1113) dengan “battle of wheat”(perang gandum) untuk mencegah masuknya gandum luar negeri ke pasar italia. untuk itu, dilakukan perluasan yang luar biasa terhadap ladang gandum. meskipun demikian, italia tetap tidak dapat menghindar dari depresi ekonomi. Produksi, ekspor, dan (nilai) upah mengalami penurunan, walupun peningkatan produksi gandum meledak.
Sebelum dan sesudah depresi ekonomi, kaum fasis mencoba mengendalikan perkembangan ekonomi antara ekonomi sosialisme dan ekonomi liberal. kebijakan ekonomi mereka terkenal dengan nama Korporatisme (Corporatism). sistem ini merupakan ekonomi terencana yang menghubungkan pemilikan swasta atas kapital dengan arbitrasi (perwasitan) pemerintah terhadap persoalan-persoalan pekerja. industri-industri utama pertama-tama diorganisasikan menjadi beberapa sindikat (gabungan perusahaan) yang mewakili para pekerja dan pimpinan. kedua, kelompok dalam perusahaan itu merundingkan penyelesaian masalah pekerja dalam kerangka kerja yang telah diorganisasikan tersebut, dan menyampaikan perbedaan-perbedaan diantara mereka kepada arbitrasi pemerintah yang bersifat wajib. kaum fasis berpendapat bahwa pertentangan kelas akan terhindar jika keduanya, para pekerja dan pimpinan, memandang ke arah tujuan yang lebih besar produktivitas yaitu untuk kepentingan bangsa. tentu saja pengaturan ini dapat melahirkan percekcokan hebat, apakah menguntungkan para pekerja atau pimpinan. hal yang sudah pasti terjadi adalah, bahwa sejak pertengahan tahun 1920-an, organisasi-organisasi pekerja kehilangan haknya untuk melakukan pemogokan, termasuk mengejar tujuan-tujuan ekonomis mereka yang bersifat bebas. berkaitan dengan itu, jelas pimpinan perusahaan diuntungkan.
   Sesudah tahun 1930, dilakukan lagi pengorganisasian lebih lanjut terhadap sindikat-sindikat industri itu hingga menjadi badan yang disebut perusahaan-perusahaan negara (corporations)[3]. badan-badan itu meliputi semua industri yang berkaitan dengan bidang utama produksi, seperti pertanian atau metalurgi (pengolahan bahan logam), mulai dari bahan-bahan mentah sampai barang jadi dan pendistribusian. jumlah seluruh badan perusahaan negara yang didirikan adalah 22 yang mencakup keseluruhan ekonomi. dalam tahun 1938, Mussolini menghapuskan Chamber of Deputies Italy, dan menggantinya dengan Chamber of Corporations (Majelis Perusahaan Negara). kerangka kerja organisasi yang luas dan banyak ini, tidak meningkatkan produksi, malahan mengarah ke birokrasi yang berkepanjangan dan korupsi. perusahaan negara mengizinkan pemerintah menguasai banyak kehidupan ekonomi bangsa. konsumen dan produsen betul-betul tidak dapat lagi menentukan apa yang harus diproduksi. pemerintah fasis memperoleh kekuasaan ekonomi langsung melalui “Institute for Industrial Reconstruction”(Institut untuk Rekonstruksi Industri), yang memberikan pinjaman-pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. pinjaman-pinjaman itu menjadikan negara mempunyai hak kepemilikan terhadap perusahaan-perusahaan.
    Seberapa besar korporatisme mempengaruhi perekonomian italia dalam jangka panjang, tidak dapat dihitung secara nyata. pada tahun 1935, italia menyerbu Ethiopia, dan kehidupan ekonomi secara resmi ditempatkan di atas kondisi ekonomi di masa perang. LBB mengenakan sanksi ekonomi dengan mendesak semua anggotanya untuk menahan diri agar tidak membeli barang-barang italia. sanksi itu mempunyai sedikit pengaruh, sejak itu pajak dinaikkan. selama 1935, negara mengenakan pinjaman paksa terhadap rakyat dengan cara mewajibkan para pemilik kekayaan membeli surat obligasi. upah atau gaji para pekerja terus ditekan. sejalan dengan makin meningkatnya ketegangan internasional selama tahun 1930-an, negara italia semakin memiliki kekuasaan atas perekonomian. tatanan fasisme di italia terbukti tidak dapat digunakan sebagai tatanan kemakmuran. tatanan fasisme dalam kenegaraan itu ternyata menurunkan taraf kehidupan.
   Demikianlah perkembangan di italia, fasisme dicobakan untuk mengatasi berbagai kesulitan, termasuk kesulitan ekonomi, namun percobaan ini ternyata juga tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan. sementara itu perkembangan dunia internasional juga tidak membantu, dan ketegangan terus berlangsung.



[1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA
Email Priharyanto821@gmail.com
[2]Sejarah Eropa, Julius Siboro., Hlm 112-114
[3]Perekonomian Italia

1 komentar:

  1. oke, terimakasih ya. lebih tepat jika anda menulis tentang awal munculnya fasisme di Italia.

    BalasHapus