Misteri Kejadian Holocoust, Benar Atau Sebuah Kebohongan
Oleh Muhammad Helmi
Amrullah[1]
Anti-Semit,
atau sikap anti-Yahudi tengah menimpa bangsa Yahudi. Secara serentak,
masyarakat dunia menyatakan penolakan terhadap bangsa yang satu ini. Krisis
ekonomi global turut pula mempengaruhi, bahkan Yahudi dituding sebagai penyebab
semua kekacauan yang ada sekarang ini. Dari segala hujatan dan penolakan itu,
Yahudi kembali menggunakan lagu lama untuk membela dirinya; Holocaust. Apa itu
Holocaust?
Holocaust
adalah peristiwa pemusnahan hampir seluruh Yahudi Eropa oleh Nazi Jerman dan
kelompoknya selama Perang Dunia II. Orang Yahudi sering menyebut peristiwa ini
sebagai Shoah, istilah Ibrani yang berarti malapetaka atau bencana hebat.
Holocaust sendiri berasal dari bahasa Yunani, holo yang artinya
seluruh, dan caustos yang berarti terbakar. Secara asal, holocaust
artinya adalah persembahan api atau pengorbanan religius dengan pembakaran.
Konon, Nazi Jerman dipercaya telah memusnahkan sekitar 5,6 sampai 5,9 juta
orang Yahudi, setidaknya angka inilah yang selalu didengung-dengungkan dan
dikampanyekan oleh Yahudi.
Holocaust
tidak lepas dari kebencian Jerman kepada Yahudi. Perang Dunia I (PD I)
menyisakan Jerman sebagai pecundang, dan Jerman tanpa tedeng aling-aling
menyebut Yahudi sebagai pengkhianat yang membuat negara Bavarian itu hancur.
Hal itu diperkuat dengan kejadian pada akhir PD I, sekelompok Yahudi
mengobarkan revolusi ala Bolshevik Soviet di negara bagian Jerman, Bavaria. Kontan,
Yahudi dianggap sebagai bangsa yang berbahaya. Ketika Nazi naik panggung
politik, kebijakan yang menekan Yahudi pun diterapkan. Hak-hak Yahudi dicabut,
harta benda mereka disita, rencana untuk mengusir mereka keluar Jerman
dirancang, sampai, konon, pemusnahan fisik yang berarti pembantaian.[2]
Musim semi
1941, Nazi mulai membantai Yahudi di Uni Soviet yang dianggap sebagai sumber
hidup Bolshevisme. Orang Yahudi disuruh menggali lubang kubur mereka sendiri,
kemudian ditembak mati. Musim gugur tahun yang sama, Nazi meluaskan pembantaian
ke Polandia dan Serbia. Kamp pembantaian untuk Yahudi mulai dibangun di
Auschwitz, Dachau, Bergen-Belsen. Kamp itu dilengkapi kamar gas dan tungku besar.
Mereka menggunakan kamar gas untuk membunuh orang Yahudi. Beberapa orang Yahudi
dimasukkan ke dalam kamar gas, kemudian gas Zyklon-B, sebuah gas pestisida
berbahan dasar asam hidrosianik, dialirkan.
Tapi apa
memang seperti itu? Pada 1964, Paul Rassinier, korban holocaust yang selamat,
menerbitkan The Drama of European Jews yang mempertanyakan apa yang
diyakini dari Holocaust selama ini. Dalam bukunya, ia mengklaim bahwa
sebenarnya tak ada kebijakan pemusnahan massal oleh Nazi terhadap Yahudi, tak
ada kamar gas, dan jumlah korban tidak sebesar itu. Arthur Butz menulis The
Hoax of the 20th Century: The case against the presumed extermination
of European Jewry pada 1976. Ia mengklaim bahwa gas Zyklon-B tidak
digunakan untuk membunuh orang tapi untuk proses penghilangan bakteri pada
pakaian. Winston Churchill menulis 6 jilid karya monumentalnya, The Second
World War, tanpa menyebut tentang program Nazi untuk membantai orang
Yahudi. Eisenhower menulir memoarnya, Crusade in Europe, juga tak
menyebut tentang kamar gas.
Mengenai
kematian massal di Auschwitz, Robert Faurisson, profesor literatur di
University of Lyons 2 mengklaim tipus-lah yang membunuh para tawanan itu, sama
sekali bukan kamar gas. Seorang ahli konstruksi dan instalasi alat eksekusi
dari AS, Fred Leuchter, pergi ke Auschwitz dan mengadakan penyelidikan serta
tes di tempat itu.
Kesimpulannya adalah kamar gas
di Auschwitz tidak mungkin digunakan untuk membunuh orang. Setelah orang-orang
ini mempertanyakan kebenaran holocaust, gelombang kritisasi dan penyangkalan
terhadap apa yang terjadi di holocaust mulai bangkit. Mereka yang meragukan
kebenaran holocaust ini menyebut dirinya sebagai revisionis.
Memang betul,
Nazi memperlakukan Yahudi demikian buruk, kejam, dan bengis. Nazi pernah
memberlakukan pencabutan hak-hak Yahudi, penawanan di ghetto, kerja paksa,
penyitaan harta benda dan deportasi dari Jerman. Namun, sampai saat ini, tak
pernah ditemukan satupun dokumen atau masterplan tentang pemusnahan Yahudi di
Eropa. Satu lagi, Jerman juga dengan secara tegas menyatakan bahwa jumlah 5,9
atau 6 juta korban merupakan kebohongan. Kamar gas memang ditemukan di
Auschwitz. Namun, para revisionis mengklaim bahwa kamar gas beserta Zyklon-B
tidak mungkin digunakan untuk eksekusi manusia, melainkan untuk pengasapan
pakaian agar bakteri-bakteri di pakaian mati. Dari prosedur kesehatan inilah,
mitos pembunuhan dengan kamar gas muncul.
Museum
Auschwitz, museum tentang holocaust, selama 50 tahun mengklaim bahwa 4 juta
manusia dibunuh di sana. Sekarang mereka malah mengklaim mungkin hanya 1 juta
korban. Revisi klaim ini pun tidak didukung oleh dokumentasi 1 juta orang
tersebut. Hal yang penting lagi adalah jika memang ada pembunuhan massal di
Polandia terhadap Yahudi tentu Palang Merah, Paus, pemerintah sekutu, negara
netral, pemimpin terkemuka waktu itu akan tahu dan menyebutnya dan mengecamnya.
Yahudi tentu saja mengambil
keuntungan dari kebohongan besar mereka ini. Mereka yang merasa menjadi korban
kemudian menuntut tanah Palestina, terus meminta ganti rugi kepada Jerman, dan
meminta dana pembangunan dari negara lain, dan senantiasa memelihara isu
Holocaust. Tak pelak lagi, Israel selalu bersembunyi di balik Holocaust atas
semua aksi keji dan biadabnya. [3]
[1] Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas keguruan Dan Ilmu Pendidikan UHAMKA
email: helmimuhammad7@gmail.com